Kamis, 27 Desember 2007

Bioskop Trans TV

Agak kontradiktif sama postingan sebelumnya. Selasa malam yang lalu nonton Bioskop Trans TV. Fyi, aku suka film barat juga qo. Terutama tema Romantic Comedy atau True Story. Seperti 50 First Dates dan Pursuit of HappYness (I Like both of Them so much!!).

Film yang waktu itu ditayangin yaitu Hulk. Sebenernya ga terlalu interest buat nonton. Alesan nonton Cuma karena penasaran sama nama pemeran cewenya. Jadi niatnya pengen liat credit title pas ending film.

Pemeran utamanya sendiri Eric Bana yang jadi Bruce. Dan sperti kataku tadi, pemeran cewenya lupa namanya. Penasaran banget, siapa sih namanya. Karena mukanya seperti familiar. Di Film ini nama cewe itu Betty. Nah si Betty ini sepertinya pernah kulihat di film apa gitu. Aga mirip sama cewe yang di Serendipity atau Beautiful Mind. Siapa ya? Jenifer Garner bukan ya? Tapi kayanya Jenifer Garner yang main DareDevil deh. Oia, noraknya aku selalu ketuker-tuker antara Jenifer Garner, Jenifer Conelly, sama Kate Blanchet. Padahal muka satu sama lain ga mirip. Gak tau juga karena faktor apa.

Back to Hulk, film ini mayan seru deh. Walopun efek2nya gak canggih. Tapi tetap setia kutonton sampe habis, demi menjawab teka-teki namanya si Betty. Ternyata endingnya gak oke menurutku. Hulk diceritakan musnah atau hilang entah kemana. Trus one year later, si Betty tetap sendiri. Dan si Bruce hidup di tengah hutan gitu, udah berewokan pula, dan kayanya masih bisa berubah jadi Hulk. Ya gitu deh, ngegantung. Padahal kalo aku c ngarepnya, gen Hulk yang ada di dalem tubuh Bruce bisa ilang. Trus dia live happily ever after with Betty. Huhuhu, dasar cewe teteuuup sukanya happy ending.


Dan ternyata sodara-sodara!!! Tujuan awal aku menonton film ini TIDAK TERCAPAI. Yup, gak ada credit tittle sama sekali. Beneran! Jadi pas selesai ya udah, Cuma ada tulisan penyunting naskah doang kayanya. Ga da scoring juga. Hiks...padahal menurutku, credit title tu penting lho. Biasanya, yang aku suka liat selain nama2 pemerannya, music score di film itu judulnya apa aja, sama tahun produksinya. Ah, sayang banget pokonya!!
Tapi, apa emang dari dulu di Bioskop Trans TV tiap2 filmnya selalu abis begitu aja ya? Apa karena jamnya udah mepet sama film kedua ya? Apa di awal film udah ada nama pemeran2nya ya?
Entahlah, yang jelas masih penasaran nih siapa nama tuh cewe
:-(

Layar Lebar di Layar Kaca

Happy Holiday!!!

Liburan kali ini aku lewati dengan perasaan tertekan (ini hiperbola). Gimana nggak. Tugas kuliah yang setumpuk lumayan ngebuat stress. Pengennya c liburan nggak mikir tugas2. tapi pikirannya balik2 kesitu2 juga. Yah emang gak bakal selesai c klo Cuma dipikirin. Makanya harus cepat2 diselesaikan! Ayo semangat Qq!!!

Eniweyz, hal yang aku suka tiap musim liburan salah satunya adalah banyak film2 keren di tv. Lebih seneng lagi kalo filmnya belum pernah kutonton.

Tiap stasiun tv punya acara film sendiri. Ada Bioskop Trans Tv, ada Box Office Moffie di RCTI, Global TV yang punya Big Movie, atau SCTV dengan Gala Sinemanya. Udah gitu, tiap stasiun tv juga nggak mau kalah satu sama lain. Kalo filmnya baru diputar, stsiun tv itu di setiap iklan filmnya selalu pake tag line “Perdana di Layar Kaca Indonesia”.

Bagiku sendiri box office RCTI dan gala sinema SCTV yang paling kutunggu2. karena Cuma di dua stasiun tv ini yang nayangin film2 Indonesia. Hehe....sebut aku norak. Tapi aku emang suka film2 Indonesia (Bukan film Horor Indonesia). Dan aku bukan moviegoers yang tiap ada film baru langsung nonton di bioskop. Film Indonesia terakhir yang kutonton di bioskop yaitu film Jomblo. Hehe...sebut aku norak lagi. Jadi kehadiran film Indonesia di layar kaca selalu kunantikan. Di bawah ini daftar film2 Indonesia yang akan tampil ( yang belum pernah kutonton) di RCTI dan SCTV:

RCTI : Jakarta Undercover (Penasaran, sama gak c sama novelnya?)

Maaf Saya Menghamili Istri Anda (Pengen tau kalo Monty Tiwa jadi director)

Mengejar Mas-mas (Pengen liat Dwi Sasono ;-))

SCTV : Selamanya (udah lewat & sayangnya ga nonton :-(, tapi kayanya biasa aja),

Badai Pasti Berlalu (i’m Winky’s Fans & ternyata filmnya keren!!)

Kamulah Satu-Satunya (kata yang udah nonton c lucu!)

Nagabonar Jadi 2 (Mostly bilang ga ada cela)

Selasa, 11 Desember 2007

Antara Kacamata, Lensa Kontak, dan Lasik

Aku mulai memakai kacamata ketika semester awal kuliah. Waktu itu suka berasa pusing di antara dua mata. Pas diperiksa ke dokter, ternyata mata sebeleah kanan -0,75, mata sebelah kiri -0,5. kacamata pertamaku saat itu adalah kacamata frame klasik coklat (kfkc). Saat itu aku merasa terlihat dewasa alias tua. KFKC ini dipakai lumayan lama. Setelah itu aku ganti modeel yang lebih “muda”. Kacamata frame hitam (KFH) yang listnya cuma di bagian atas (apa sih istilahnya?). KFH ini tidak terlalu lama bertahan. Kemudian aku ganti lagi kacamata frame merah (KFM) model penuh. Dan menurutku, inilah kacamata ku denga frame yang paling catchy. Klo memakai kacamata ini berasa keren. Halah!

Sayangnya umur KFM ini ga bertahan lama. Bukan karena bosan, tapi kejadiannya karena aku yang selebor ini meletakkan KFM ini di sembarang tempat. Waktu itu habis wudu di kampus. Sehabis pake jilbab, aku mulai mencari KFMku. Tiba-tiba kreeekk, kaki serasa menginjak sesuatu. Yup KFM terinjak oleh kakiku sendiri. Tangkai KFM sebelah kanan patah.

Mungkin karena sudah bosan mendengar aku ganti2 kacamata terus, Ortuku terkesan tidak peduli untuk membelikanku kacamata lagi. Akhirnya aku kembali pake KFH yang dulu. Karena KFH ini termasuk murah, jadi mulai terlihat karat di kedua belah tangkainya. Ortu ku yang kelihatannya jijik melihat karatan ini akhirnya luluh dan menyuruhku membeli kacamata baru. Yippie...

Kali ini aku beli yang mayan mahal. Aku beli merk Oppie dengan list warna emas. Pertama kali make gak pede, coz lagi2 terlihat tua (emang lo dah tua kali!). Tapi lama2 keliatan keren juga qo ( ini salah satu upaya menghibur diri sendiri).

Kira2 pertengahan bulan juli aku membuat keputusan paling penting dalam hidupku. Ya, memakai softlense. Awal mulanya tertarik pake softlense karena terkena bujuk rayu kakak iparku yang juga memakai softlense. Malah adik2nya dia juga memakai softlense. Kalo di dekat mereka jadi suka merasa jadul sendiri, berkacamata di tengah pemakai softlense.

Eniweys, aku beli softlense ditemani sepupuku yang sudah berpengalaman. Dia make softlense bertahun2 yang lalu.

Ternyata, memakai soflense pertama kali sungguh2 sulit sodara-sodara. Hampir setengah jam aku mencoba memasukkan benda sok imut itu ke mataku dengan dibantu optician. Sepupuku ‘menyemangati’ dengan kata2 “yaelah, gtu doang ga bisa” atau “ah lama nih, payah”. Huhuhu...rasanya mo nangis.

“Qq, kamu harus bisa. Ayo Qq kamu pasti bisa” (bukan suara sepupuku, tapi suara dalam hatiku).

Akhirnya! Masuk juga benda itu kemata. Rasanya kaya ada yang ganjel (hehe, noraknya)

Jadi hari itu aku beli soflense grey yang jangka waktu pemakaiannya sampai 6 bulan, lengkap dengan pencucinya. Fyi, minku saat itu berkurang. Jadinya, yang kanan -0,5 kiri -0,5.

Ternyata memakai softlense bukan solusi yang tepat untuk mataku. 3 bulan setelah memakai softlense aku mulai merasa gak comfort. Mata rasanya kelilipan trus. Parahnya lagi tiap aku mengedip, softlensenya berasa naik ke kelopak mata bagian atas. Hii, ngeri!!! Aku mulai khawatir. Jangan sampe kena katarak ya Allah. Ngeri!!! Karena benar2 ga tahan (atas rasa sakitnya) aku kembali ke optik tempat ku beli softlense. Opticiannya Cuma bilang, mungkin aku memakainya terbalik. Dia pun menyarankanku untuk membeli obat tetes mata khusus. Sebenarnya aku gak puas sama jawaban optician itu. Tapi tetes mata itu tetap kubeli juga.

Setelah itu, tiap mataku terasa perih kuteteskan obat tetes itu. Tapi hasilnya gak memuaskan. Karena bingung dan takut, untuk sementara waktu aku kembali memakai kacamata Oppie ku. Bulan November, aku ke rumah sakit (lihat postingan sebelumnya) untuk periksa mata. Hasil pemeriksaan menunjukkan kalau saraf mataku baik2 saja. Yippie...senangnya. hanya min ku yang nambah lagi, kembali ke ukuran semula. Kanan -0,75 kiri -0,5. Dokternya juga membolehkanku untuk kembali memakai softlense kembali, karena ukuran min ku yang masih sedikit. (mudah-mudahan gak nambah lagi).

Akhirnya, kemarin, tanggal 7 desember, aku kembali membeli softlense. Kali ini aku memilih soflense warna hazel. Aku membeli kosmetiknya (tempat soflense buat dibawa kemana2) juga. Oia, tentang rasa perih yang kualami waktu memakai softlense sebelumnya, ternyata karena aku memakainya tidak bersih. Sehingga belum 6 bulan softlensenya sudah terasa gak comfort. Selain itu, di softlense tersebut ada robekan kecil. (ini yang paling parah!)

Dan kali ini aku bertekad untuk memakai softlense dengan hati-hati, clean, dan gak selebor.

Klo lasik aku belum pernah merasakannya. Pengen banget sih. Biar ga mesti cape2 pake kacamata atau softlense. Waktu pertama kali periksa mata, pernah nanya ke dokternya biaya lasik (nanya doang). Waktu itu dokternya bilang, kalo gak salah inget 1 mata itu dihargai 8 juta. Jadi 2 mata 16 juta. Lagian kata dokternya, minimal umur 20 tahun. Trus, ketika umur 40an, mesti di lasik lagi. Jadi gak permanen. Ah, tapi tetap aja aku pengen. .

Kapan ya, cita-cita lasik terwujud?

Emm...mesti nunggu dapet suami konglomerat kayanya, hehe ngarep!!

Cinta Dalam Hati

Mungkin ini memang jalan takdirku

mengagumi tanpa dicintai

tak mengapa bagiku

asal kaupun bahagia

dalam hidupmu dalam hidupmu

Telah lama kupendam perasaan itu

menunggu hatimu menyambut diriku

Tak mengapa bagiku

mencintaimupun adalah

Bahagia untukku Bahagia untukku

Kuingin kau tahu

Diriku disini menanti dirimu

meski kutunggu hingga ujung waktuku

dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya

Dan izinkan aku memeluk dirimu skali ini saja

Tuk ucapkan slamat tinggal untuk slamanya

Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejap saja