Selasa, 11 Desember 2007

Antara Kacamata, Lensa Kontak, dan Lasik

Aku mulai memakai kacamata ketika semester awal kuliah. Waktu itu suka berasa pusing di antara dua mata. Pas diperiksa ke dokter, ternyata mata sebeleah kanan -0,75, mata sebelah kiri -0,5. kacamata pertamaku saat itu adalah kacamata frame klasik coklat (kfkc). Saat itu aku merasa terlihat dewasa alias tua. KFKC ini dipakai lumayan lama. Setelah itu aku ganti modeel yang lebih “muda”. Kacamata frame hitam (KFH) yang listnya cuma di bagian atas (apa sih istilahnya?). KFH ini tidak terlalu lama bertahan. Kemudian aku ganti lagi kacamata frame merah (KFM) model penuh. Dan menurutku, inilah kacamata ku denga frame yang paling catchy. Klo memakai kacamata ini berasa keren. Halah!

Sayangnya umur KFM ini ga bertahan lama. Bukan karena bosan, tapi kejadiannya karena aku yang selebor ini meletakkan KFM ini di sembarang tempat. Waktu itu habis wudu di kampus. Sehabis pake jilbab, aku mulai mencari KFMku. Tiba-tiba kreeekk, kaki serasa menginjak sesuatu. Yup KFM terinjak oleh kakiku sendiri. Tangkai KFM sebelah kanan patah.

Mungkin karena sudah bosan mendengar aku ganti2 kacamata terus, Ortuku terkesan tidak peduli untuk membelikanku kacamata lagi. Akhirnya aku kembali pake KFH yang dulu. Karena KFH ini termasuk murah, jadi mulai terlihat karat di kedua belah tangkainya. Ortu ku yang kelihatannya jijik melihat karatan ini akhirnya luluh dan menyuruhku membeli kacamata baru. Yippie...

Kali ini aku beli yang mayan mahal. Aku beli merk Oppie dengan list warna emas. Pertama kali make gak pede, coz lagi2 terlihat tua (emang lo dah tua kali!). Tapi lama2 keliatan keren juga qo ( ini salah satu upaya menghibur diri sendiri).

Kira2 pertengahan bulan juli aku membuat keputusan paling penting dalam hidupku. Ya, memakai softlense. Awal mulanya tertarik pake softlense karena terkena bujuk rayu kakak iparku yang juga memakai softlense. Malah adik2nya dia juga memakai softlense. Kalo di dekat mereka jadi suka merasa jadul sendiri, berkacamata di tengah pemakai softlense.

Eniweys, aku beli softlense ditemani sepupuku yang sudah berpengalaman. Dia make softlense bertahun2 yang lalu.

Ternyata, memakai soflense pertama kali sungguh2 sulit sodara-sodara. Hampir setengah jam aku mencoba memasukkan benda sok imut itu ke mataku dengan dibantu optician. Sepupuku ‘menyemangati’ dengan kata2 “yaelah, gtu doang ga bisa” atau “ah lama nih, payah”. Huhuhu...rasanya mo nangis.

“Qq, kamu harus bisa. Ayo Qq kamu pasti bisa” (bukan suara sepupuku, tapi suara dalam hatiku).

Akhirnya! Masuk juga benda itu kemata. Rasanya kaya ada yang ganjel (hehe, noraknya)

Jadi hari itu aku beli soflense grey yang jangka waktu pemakaiannya sampai 6 bulan, lengkap dengan pencucinya. Fyi, minku saat itu berkurang. Jadinya, yang kanan -0,5 kiri -0,5.

Ternyata memakai softlense bukan solusi yang tepat untuk mataku. 3 bulan setelah memakai softlense aku mulai merasa gak comfort. Mata rasanya kelilipan trus. Parahnya lagi tiap aku mengedip, softlensenya berasa naik ke kelopak mata bagian atas. Hii, ngeri!!! Aku mulai khawatir. Jangan sampe kena katarak ya Allah. Ngeri!!! Karena benar2 ga tahan (atas rasa sakitnya) aku kembali ke optik tempat ku beli softlense. Opticiannya Cuma bilang, mungkin aku memakainya terbalik. Dia pun menyarankanku untuk membeli obat tetes mata khusus. Sebenarnya aku gak puas sama jawaban optician itu. Tapi tetes mata itu tetap kubeli juga.

Setelah itu, tiap mataku terasa perih kuteteskan obat tetes itu. Tapi hasilnya gak memuaskan. Karena bingung dan takut, untuk sementara waktu aku kembali memakai kacamata Oppie ku. Bulan November, aku ke rumah sakit (lihat postingan sebelumnya) untuk periksa mata. Hasil pemeriksaan menunjukkan kalau saraf mataku baik2 saja. Yippie...senangnya. hanya min ku yang nambah lagi, kembali ke ukuran semula. Kanan -0,75 kiri -0,5. Dokternya juga membolehkanku untuk kembali memakai softlense kembali, karena ukuran min ku yang masih sedikit. (mudah-mudahan gak nambah lagi).

Akhirnya, kemarin, tanggal 7 desember, aku kembali membeli softlense. Kali ini aku memilih soflense warna hazel. Aku membeli kosmetiknya (tempat soflense buat dibawa kemana2) juga. Oia, tentang rasa perih yang kualami waktu memakai softlense sebelumnya, ternyata karena aku memakainya tidak bersih. Sehingga belum 6 bulan softlensenya sudah terasa gak comfort. Selain itu, di softlense tersebut ada robekan kecil. (ini yang paling parah!)

Dan kali ini aku bertekad untuk memakai softlense dengan hati-hati, clean, dan gak selebor.

Klo lasik aku belum pernah merasakannya. Pengen banget sih. Biar ga mesti cape2 pake kacamata atau softlense. Waktu pertama kali periksa mata, pernah nanya ke dokternya biaya lasik (nanya doang). Waktu itu dokternya bilang, kalo gak salah inget 1 mata itu dihargai 8 juta. Jadi 2 mata 16 juta. Lagian kata dokternya, minimal umur 20 tahun. Trus, ketika umur 40an, mesti di lasik lagi. Jadi gak permanen. Ah, tapi tetap aja aku pengen. .

Kapan ya, cita-cita lasik terwujud?

Emm...mesti nunggu dapet suami konglomerat kayanya, hehe ngarep!!

Tidak ada komentar: